Rabu, 04 Juli 2012

“CUKUR RAMBUTMU SEBELUM MENCUKUR KUMISMU”


By Kayati

Kulihat dimana-mana sedang berbondong-bondong orang membawa sepanduk, tulisannya sangat variatif, ada salah satu spanduk yang menarik perhatian masyarakat yang melintasi jalan tersebut, spanduk tersebut bertuliskan sangat aneh sekali “Cukur rambutmu sebelum mencukur kumismu” ungkapan yang tertulis di spanduk ini menjadi perhatian dari seluruh masyarakat yang melintas di jalan raya, mereka memandang merasakan keanehan dari spanduk yang tertulis didalam aksi masa yang dilakukan oleh Ikatan Badan Eksekutif Mahasiswa Seni Indonesia, karena biasanya ketika aksi Mahasiswa berlangsung hampir rata-rata spanduk yang dibawa bertuliskan nada-nada provokatif, “Turunkan Harga”, “Turunkan Presidan” “NKRI Harga Mati” ini lah ungkapan-ungkapan yang sering dilakukan oleh Para Mahasiswa untuk ditulis didalam spanduk yang terbentang didepannya.
Keanehan yang dialami oleh masyarakat tersebut menjadi polemic tersendiri bagi masyarakat pengguna jalan, banyak pergunjingan dan obrolan yang membicarakan tulisan spanduk “Cukur Rambutmu Sebelum Mencukur Kumismu” semakin hangat diperbincangkan di mana-mana. Warung kopi, restaurant, café-café, rumah makan, warung lesehan, tema obrolannya membicarakan tentang nada spanduk yang bertuliskan nyeleneh tersebut.
Analisis masyarakat pun variatif mereka tetap berfikir apa sebenarya yang terkandung dalam kalimat tersebut, apakah memang para mahasiswa ketika akan melakukan aksi harus mencukur rambutnya terlebih dahulu atau bagaimana? Karena memang ketika saya melintas di ruas jalan MH Tamrin banyak sekali terlihat beberapa mahasiswa yang mencukur rambutnya sampai gundul polos tidak ada sehelaipun rambut yang melekat di kepalanya.
Proses berfikirpun tidk dapat kuhentikan karena memang tulisan tersebut selalu menghantui disetiap mau tidur dan bahkan ketika pasca tidur, aku selalu mengingat betul tulisan itu, karena selain tulisan tersebut ditulis dengan huruf yang besar, tulisan itu sangat nyeleneh….. dipampang dalam spanduk berukuran sangat besar, layaknya tidak seukuran dengan spanduk-spanduk biasa.
Akupun terus berfikir apa sebenarnya maksud dari tulisan tersebut, kucoba untuk bertanya pada siapapun, namun belum kutemukan juga, pernah sekali aku bertemu dengan orang yang sudah Sarjana Bahasa Indonesia, kuceritakan padanya berkenan dengan apa yang aku lihat dalam spanduk berukuran besar dan membuat pikiranku terus bertanya-tanya, apa makna yang sebenarnya dari tulisan spanduk tersebut.
Seorang Sarjana yang telah kutanya berkenaan dengan kalimat dalam spanduk tersebut, mengatakan bahwa : “Tulisan itu sudah benar bahwa penulis berkeinginan menyampaikan sesuatu kepada masyarakat secara umum jika seseorang ingin mencukur rambut, haruslah diawali terlebih dahulu dengan mencukur kumis”.
Lantas aku bertanya lagi, jika memang seseorang yang akan mencukur rambut harus diawali dengan mencukur kumis, kenapa tidak diawali dengan mencukur terlebih dahulu rambut yang berada didaerah lain? Mengapa harus kumis terlebih dahulu yang harus dicukur sebelum mencukur rambut?. Ia pun akhirnya ikut bingung juga “i……ya…..ya…..!”.
“Jelas ada maksud tertentu dibalik dalam kalimat tersebut” ungkapnya kepadaku.
“Nah….. itulah yang menjadi penasaranku sepulang aku dari Jakarta 4 hari yang lalu” jawabku.